Senin, 25 Maret 2013

Bahasa Kasih

Pernah merasa kosong,datar? pernah merasa kesepian justru di tengah-tengah keramaian? pernah merasa hanya sebagai bayangan, ada namun tiada? pernah merasa tidak dicintai, kuatir dikhianati? pernah merasa ketakutan atas trauma masa lalu? yang sebenarnya belum tentu semua ketakutan dan kekuatiran itu benar-benar terjadi. Apakah itu artinya kufur nikmat? padahal apa yang kurang dari pemberiannNYA?

Memiliki jasad yang sehat, lengkap, cukup makan, minum, memiliki tempat berteduh, pekerjaan, teman-teman, memiliki seseorang yang statusnya suami atau istri , calon suami, calon istri, yang katanya mencintai anda sepenuh hati, benarkah? Jika benar, berhenti sampai disini, anda tidak perlu membaca tulisan ini lebih lanjut.

Silahkan menilai tulisan ini tulisan "galau" atau apalah namanya. Tapi saya yakin, banyak sekali orang di luar sana yang pernah atau bahkan sering merasakan apa yang saya jabarkan tadi di awal. Karena itu, ijinkan saya sedikit berbagi apa yang saya baca dan coba pahami dari Dr. Gary Chapman yang saya kutip dari buku "Menikah Untuk Bahagia" karya Noveldy-Marriage Coach.


Up and down mood seseorang setiap hari, itu pasti terjadi. Baik pada wanita, sosok yang sangat sensitif, maupun lelaki. Tetiba merasa senang sekali, semenit kemudian merasa sangat sedih. Merujuk pada apa yang dikatakan Maslow tentang konsep dasar kebutuhan manusia, pada hakikatnya up and down mood seseorang adalah karena tuntutan kebutuhan dirinya akan rasa aman. kebutuhan akan rasa dicintai dan disayangi. Jika dua kebutuhan dasar ini tidak terpenuhi, saya yakin, reaksi psikis yang muncul adalah perasaan-perasaan seperti yang saya jabarkan tadi.

Pernikahan dalam kacamata saya adalah pelabuhan yang menentramkan. Tempat dimana ketenangan, keteduhan didapat. Dan pasangan (suami atau istri) adalah sosok yang menyajikan semua ketenangan, ketentraman itu. Sosok yang mampu menjadi partner, istri/suami, sahabat,dan kekasih yang terbaik. Sosok, dimana kita dapat menjadi diri sejujurnya, merebahkan keletihan, berbagi impian, ketakutan, kekuatiran tanpa takut di intimidasi atau dianggap remeh. sosok yang mampu di percaya atas semua rahasia diri yang tidak mungkin dikatakan pada orang lain.

Pasangan, ibarat pakaian yang melekat satu sama lain. Dalam persepsi saya, ketika dua orang menikah artinya ia menikah tidak hanya dengan raganya, namun juga jiwanya, seperti yang dikatakan pak Habibie dalam bukunya untuk ibu (Almh) Ainun "saya dan Ibu Ainun itu manunggal. Mereka berbahasa dengan bahasa kasih.

Betapa kagumnya saya dengan pasangan ini, pengejawantahan cinta Pak Habibbie kepada Ibu Ainun bukan saja cinta, tetapi rasa hormat dan syukur yang luar biasa besarnya. Begitu pula cinta Ibu Ainun terhadap Pak Habibie.

Orang seperti saya, yang secara fisik berada jauh dari mereka, hanya sekedar pengagum dari depan layar kaca dan penikmat buku-buku mereka, dapat ikut melihat dan merasakan cinta keduanya. tercermin dari bahasa tubuh mereka, cara bicara mereka, dan cara berbahasa mereka satu sama lain.Itulah Bahasa kasih.

Seperti yang dikatakan Dr Gary Chapman yang saya kutip dari buku "Menikah Untuk Bahagia" karya Noveldy-Marriage Coach. Bahasa kasih itu ada lima, diantaranya :

1. Kata-kata pendukung (words of Affirmation)

Seseorang merasa disayang jika mendapatkan pujian dan kata-kata lembut yang memberi semangat, membesarkan hatinya. Kata-kata yang menunjukan atensi, kekaguman, dan penegasan kepercayaan terhadapnya. Pesan singkat berisi pujian, perhatian, dukungan akan sangat dia butuhkan

2. Sentuhan fisik (Physical touch)

Beberapa orang butuh merasa disayang dengan cara disentuh. Belaian di rambut, pelukan hangat, genggaman tangan, tatapan kasih yang meneduhkan, semua itu akan membuatnya tenang, dan merasa sangat nyaman.

3. Hadiah (Receiving Gifts)

Kejutan-kejutan kecil seperti bingkisan coklat di tengah harinya yang penat, atau kiriman bunga ke kantornya, atau sarapan pagi dengan menu kesukaannya, atau hadiah dalam bentuk lainnya, adalah bahasa kasih yang diperlukan oleh beberapa orang. Dengan hadiah-hadiah tersebut, ia merasa benar-benar disayang, dicintai, diperhatikan. Hadia tidak berarti mahal. hadiah sederhana yang diberikan dengan tulus lebih berarti.

4. Saat-saat yang berkesan (Quality Time)

Ada juga beberapa orang yang membutuhkan bahasa kasih berupa quality time. Ia butuh kehadiran fisik anda saat moment penting baginya, seperti kehadiran anda saat wisudanya, penampilan di panggung, atau saat-saat yang menegangkan atau menakutkan baginya seperti menemani ke dokter,saat operasi, dll. atau dia akan merasa disayang jika anda membutakan romantic dinner, perjalanan wisata hanya berdua, atau sekedar minum kopi di sore hari sambil mengobrol ringan, cukup baginya untuk mempercayai bahwa anda benar-benar mencintainya.

Setiap orang punya kebutuhan akan bahasa kasih nya masing-masing. Jika setiap kita mengetahui apa bahasa kasih yang kita butuhkan, namun kebuhan tersebut tidak di ketahui oleh pasangan. Atau pasangan mengetahuinya lalu malah bersikap cuek dan mengabaikannya.  justru berbahasa dengan bahasa yang berkebalikan dengan bahasa kasih harapan kita, kira-kira apa yang terjadi?

lambat laun, pasangan akan lelah, kadar kepercayaannya terhadap anda akan menurun. Seperti ponsel yang tidak di cash, maka seperti itulah kondisi jiwa yang tidak terpenuhi kebutuhan dasarnya akan rasa mana dan cinta kasih. Jadi jangan salahkan jika pasangan anda pun tidak berlaku sebaliknya dan bersikap take it for granted. Bukankah anda sendiri tidak "mau" atau tidak "peka" terhadap hal ini??

Tapi ingat, sebelum menyalahkan pasangan, introspeksi diri sendiri, apakah saya sudah berbahasa kasih yang sesuai dengan kebutuhan pasangan saya? apa saya selama ini terlalu menuntut dan abai terhadap pemenuhan kebutuhannya juga? jika iya, segera bebenah diri. lakukan perbaikan diri,  cari tahu bahasa kasih pasangan kita, coba bangun komunikasi yang baik. Memang tidak mudah, namun setidaknya kita berusaha mencoba.

Bukankah indah, jika kita dapat berbahasa kasih dengan orang yang kita kasihi dan mengasihi kita? bukankah mencintai itu pilihan, dan dicintai itu anugerah? :) Sudah teduhkah hatimu hari ini kawan?:)


Jakarta, 27 Maret 2013

Salam Hangat,
Intan